Kematian Kim Jong Il membuat Korea Utara berduka. Mari kita melongok
"bangsa yang serba tertutup" itu dari kacamata orang-orang yang pernah
berkunjung ke sana. Salah satunya dikisahkan oleh Brit Simon Cockerell,
pekerja pada sebuah biro perjalanan yang sudah lebih dari 100 kali masuk
keluar Korut, yang pernah menetap di Beijing, China.
Saat pertama Cockerell mengunjungi Korut, dia mendapat kesan betapa
bersihnya negeri itu. Tidak ada polusi udara di Pyongyang. Ini amat
berbeda dengan Beijing yang udaranya sangat kotor. Pyongyang juga tidak
"dikotori" papan reklame dan lalu lintas tak macet.
Salah satu peristiwa langka di Pyongyang
ialah kebiasaan mereka melakukan senam aerobik di pagi hari dengan rekan
satu "unit kerja". Pada saat istirahat makan siang,
para pekerja juga mengisinya dengan merangkai sebuah jaring atau net,
atau membuat garis di jalan untuk membentuk lapangan voli, demi mengisi
waktu.
"Kota ini seperti kota mati sepanjang minggu. Hanya ada sedikit bar di
Pyongyang, tetapi sudah tutup sejak pukul 22.00. Tidak ada keramaian di
kota ini. Ini sebuah kenyataan aneh karena kota ini dihuni oleh sekitar 3
juta orang," kata Cockerell di situs CNN.
Dia telah mengunjungi Korut lebih dari 100 kali. "Tidak ada hiruk-pikuk
keramaian. Segala sesuatunya berlangsung begitu singkat, sekitar lima
menit. Biasanya, pada hari pertama Anda akan mengatakan kepada diri Anda
sendiri, 'Gila, saya saat ini sedang berada di Korut, ke mana saja
warganya'?"
Korut adalah masyarakat pekerja. Di sini, hari kerja berlangsung selama
enam hari, dan anak-anak lebih sering berada di sekolah. "Pada akhir
pekan mungkin saja Anda bisa melihat orang-orang bermain atau berada di
taman," kata Cockerell.
"Ini sebuah negara yang sangat miskin. Orang tidak menghabiskan uang
karena tidak memilikinya, dan tak banyak orang yang mampu membeli."
Cockerell bekerja di sebuah perusahaan pariwisata, Koryo Group, yang berpusat di Koryo.
Nicholas Bonner, yang juga tinggal di Beijing, mendirikan perusahaan
yang menawarkan wisata mulai dari dua hari kunjungan ke Pyongyang hingga
16 malam perjalanan di seluruh negeri.
Para pelanggan khas Koryo adalah petualang dan pelancong baik-baik.
Banyak pelancong menikmati perjalanan mereka. Kadang Anda bisa saja
melihat seorang pria aneh tampak menyeberangi jalan sambil mungkin
mencurigai Anda. Bisa saja mereka itu mata-mata.
Apakah akan lebih tertarik jika berada di sana? Sungguh tidak ada hal
yang bisa diketahui dengan pasti. Anda tidak dapat meminta pertolongan
dari seseorang dan mendapatkan jawaban pertanyaan. Negeri ini penuh
misteri.
Salah satu alasan mengapa hanya ada sedikit mobil di Pyongyang tidak
lain karena sulitnya mendapatkan bahan bakar. BBM impor sangat mahal.
Bersenang-senang, minum minuman keras, dan menari tidak dilarang, tetapi
kebanyakan orang lebih suka menghabiskan waktu mereka di rumah dengan
teman dan keluarga. Berkurangnya polusi tidak berarti ada komitmen kuat
pemerintah untuk mengatur kualitas udara.
"Meski demikian, tidak berarti tidak ada kegiatan industri di sini, atau
bukan sedang terjadi kesulitan ekonomi," kata Cockerell.
Dalam beberapa tahun terakhir, Cockerell melihat pedagang China menjual
pakaian. "Pakaian dijual murah, modelnya sangat terbatas. Hanya sedikit
orang yang menggunakan telepon seluler," katanya.
Menurut Cockerell, para wisatawan tidak boleh membawa telepon seluler
saat masuk ke negeri itu, tetapi akan mendapatkannya kembali ketika
meninggalkan negeri itu. Akan tetapi, iPad, komputer, dan perangkat
digital seperti membaca, diperbolehkan. Kondisi ini sudah berlangsung
bertahun-tahun lamanya.
Koryo dapat mendatangkan sekitar 1.500 turis asing ke Korut, termasuk
kunjungan dua hari senilai sekitar 700 euro. Cukup banyak juga turis
yang melakukan perjalanan selama 16 hari. Selama tur yang panjang ini,
Koryo menggunakan pesawat carter swasta untuk terbang ke pantai barat
atau daerah tujuan wisata lain walau bisa juga menggunakan kereta api.
Sebagian besar bangunan di Pyongyang dirancang berbentuk kotak dan
datar. Kota ini dihiasi dengan monumen-monumen raksasa aneh. Gambar
pemimpin Kim Jong Il bertebaran di banyak tempat. Tidak ada agama yang
terorganisasi dengan baik di sini, dan hanya ada sedikit gereja di
Pyongyang. "Saya yakin orang merasakan kehancuran yang luar biasa itu
saat ini," kata Cockerell.
0 komentar:
Posting Komentar